Kamis, 04 September 2014

KOLONIALISME DI ASIA TENGGARA

Kolonialisme dan Imperialisme di Asia Tenggara
Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan bagian yang terdapat di benua Asia. Dalam sejarahnya, negara-negara kawasan Asia Tenggara ini merupakan daerah koloni bangsa Barat pada masa imperialisme dan kolonialisme. Bangsa Barat melihat kawasan ini sebagai lokasi strategis berlangsungnya perdagangan internasional dan juga kaya akan rempah-rempah, emas, kapas di beberapa wilayah tertentu. Karena kekayaannya tersebut, berbondong-bondong mereka mendatangi kawasan Asia Tenggara, saling bersaing untuk dapat menjadikannya daerah koloni. Misalnya saja Indonesia yang secara bergilir diduduki oleh bangsa Portugis, Belanda, Inggris, dan bahkan juga Jepang. Terdapat juga bangsa Inggris yang sukses menduduki Singapura, Brunei, Malaysia, serta Filipina oleh Spanyol. Satu hal khusus yang perlu diingat dalam sejarah kolonialisme di Asia Tenggara, Thailand adalah satu-satunya kawasan yang tidak pernah dijajah oleh bangsa apapun. Paper review kali ini akan memaparkan tentang sejarah kolonialisme dan imperialisme Asia Tenggara secara singkat dan padat.
Inggris merupakan negara dominan di benua Eropa. Tidak hanya memiliki situasi dan kondisi politik yang stabil, Inggris juga merupakan negara yang paling awal melakukan Revolusi Industri. Tidak seperti negara-negara kolonial lainnya yang melakukan penjajahan atas dasar politik dan tujuan aneksasi, Inggris menduduki wilayah-wilayah lain hanya demi kepentingan ekonomi, perdagangan, dan kesejahteraan. Setelah berakhirnya masa kolonialisme, sisah-sisah pendudukan Inggris justru meninggalkan peranan penting terkait dengan perkembangan negara bekas koloni Inggris. Sebut saja misalnya negara Singapura yang pada masa lalu merupakan salah satu daerah koloni Inggris. Singapura telah sejak awal dikonstruksikan oleh Inggris sebagai daerah perdagangan internasional, dimana banyak kapal-kapal perdagangan internasional singgah dan transit. Romantisme masa lalu tersebut agaknya ingin kembali dirasakan oleh para pemangku kekuasaan di Singapura.
Perbedaan pendudukan Inggris di Singapura dan Belanda di wilayah Nusantara sangat kontras sekali jika dibandingkan. Belanda melakukan penaklukan wilayah dengan menggunakan cara kekerasan. Bangsa Belanda amat terpikat dengan kekayaan rempah-rempah Nusantara yang pada saat itu merupaka komoditi yang utama. Pendudukan Belanda kebanyakan terpusat di wilayah Jawa daripada wilayah-wilayah luar jawa yang didominasi muslim, seperti wilayah Aceh.
Sementara bangsa Spanyol mengkalaim bahwa merekalah yang menemukan daerah Filipina. Adalah Ruy Lopez de Villalobos yang memberikan nama “Philippines” pada kawasan itu. Penaklukan daerah-daerah di Filipina dilakukan oleh pasukan ekspedisi Spanyol kedua, dengan menaklukkan tiga kerajaan Islam yang belum lama didirikan di Manila pada saat itu. Namun sayangnya tidak banyak yang bisa diambil dari Filipina. Dari tiga tujuan yang dibawa oleh Spanyol hanya satu yang berhasil dilaksanakan di Filipina, yakni menyebarkan agama Kristen. Sementara dua lainnya yang gagal adalah menguasai perdagangan rempah rempah dan menjalin hubungan dengan Jepang dan Cina. Filipina sendiri bukanlah wilayah yang kaya akan rempah-rempah, sementara dua negara Asia Timur tersebut menjalankan isolasionisme.
Melihat banyaknya aksi kolonialisme dari bangsa Barat, Vietnam memilih jalan isolasionisme untuk menghindari intervensi dan bangsa asing. Namun Perancis kemudian datang dan berusaha untuk menduduki Vietnam. Dengan bantuan Inggris, yang memang ingin meyingkirkan pengaruh Perancis dari wilayah itu, Inggris-pun pada akhirnya membiarkan Perancis menduduki Vietnam karena tidak merasakan keuntungan apapun. Pada kasus perebutan Danang Bay, Perancis keluar sebagai pemenangnya. Hal ini terkait dengan kedekatan Perancis dengan penguasa Vietnam kala itu. Sebagai imbalannya, Perancis memberikan kapal tongkang untuk memudahkan rakyat Vietnam melakukan perjalanan ke Cina dan Laos.
Seperti yang telah disebutkan di awal paper ini, Thailand adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah diajajah. Namun hal tersebut bukan berarti Thailand tidak pernah dilirik oleh para colonial. Sama seperti Vietnam, Thailand yang dulunya dikenal dengan nama Siam juga menjadi tempat perebutan kekuasaan antara Perancis dan Inggris. Sama-sama memiliki interest yang satu arah, raja Siam kemudian bersekutu dengan Inggris. Di satu sisi raja Siam mulai meninggalkan isolasionisme dan membuka perdagangan dengan negara lain, sementara di sisi lain Inggris tetap menjaga persaingannya dengan Perancis. Penguasa Thailand telah sangat berusaha menjaga wilayahnya agar tidak jatuh ke tangan bangsa lain, dan Thailand-pun berhasil melepaskan diri dari ketergantungan bangsa Eropa dan berkembang mejadi negara yang mandiri.
Masuknya bangsa Eropa ke kawasan Asia Tenggara tentu memberikan peranan tersendiri bagi setiap negara yang pernah menjadi daerah koloni. Pengaruh bangsa Eropa yang tersisah di kebanyakan negara-negara Asia Tenggara dapat dilihat dari sistem pemerintahannya, misalnya saja Singapura yang mengadopsi sistem parlementer Inggris dan Indonesia yang meniru pattern politik Belanda. Sisah kejayaan masa kolonial seharusnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh negara. Indonesia, misalnya, yang memiliki banyak sekali situs peninggalan Belanda, yang sayangnya dibiarkan begitu saja dan tidak rawat ataupun dimanfaatkan. Berbeda dengan Singapura yang sejak awal pemisahannya dengan Malaysia memiliki cita-cita untuk menjadi negara kosmopolitan dan melaksanakan modernisasi. Apa yang telah ditinggalkan Inggris dimanfaatkan semaksimal mungkn oleh bangsa Singapura untuk membangun negara yang tidak kalah maju dengan Singapura pada saat masih menjadi daerah kolonial Inggris.

Referensi :
Tarling, N. 2000. “The Establishmen of The Colonial Regime”, dalam The Cambridge History of Southeast Asia, vol. 2. Cambridge: Cambridge University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar