Dalam penelitian sejarah, perlu
mengikuti kronologis atau tata aturan yang baku. Tata urutan atau
langkah - langkah dalam penelitian sejarah antara lain sebagai berikut.
Semoga bermanfaat.1. Langkah - Langkah dalam Penelitian Sejarah
a) Heuristik
Heuristik berasal dari Yunani houriskoin yang artinya menemukan. Pada
tahap ini seorang penulis sejarah mulai mencari jejak - jejak peristiwa
masa lampau yang relevan dengan judul dan topik penelitian. Perlu di
ketahui bahwa sumber masa lampau sangat luas dan banyak sekali. Oleh
karena itu, sumber - sumber itu perlu diklasifikasikan guna memudahkan
penelitian sejarah. Sumber sejarah dibedakan menjadi :
- Sumber lisan
- Sumber tulisan
- Sumber benda
Sumber benda contohnya : patung, masjid, keraton, beliung, kapak, dan
lain - lain. Sumber lisan berupa informasi langsung dari pelaku sejarah
atau penyaksi sejarah. Sedangkan sumber berupa informasi berupa piagam,
dokumen, otobiografi, dan surat - surat kabar.
b) Verifikasi
Menurut kamus bahasa Indonesia Poerwadarminto, verifikasi di artikan
dengan pemeriksaan tentang kebenaran laporan/sumber. Pemeriksaan atau
penilaian terhadap sumber - sumber dapat dilakukan melalui 2 aspek,
yaitu intern dan ekstern. Penilaian/ kritik esktern dapat dilakukan
melalui pertanyaan :
- Apakah sumber itu merupakan sumber yang kita kehendaki ?
- Apakah sumber itu merupakan sumber asli turunan ?
- Apakah sumber itu masih atau sudah diubah - ubah ?
Dengan melakukan kritik ekstern akan diketahui autentisitas,
orisinalitas, serta integritas suatu sumber.
Aetelah kritik ekstern dapat memastikan bahwa sumber yang kita miliki
adalah sumber yang kita perlukan, bentuknya masihasli atau masih utuh,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan kritik intern. Kritik intern
berusaha membuktikan bahwa kesaksian yang ada pada suatu sumber dapat di
percaya. Cara pembuktiannya dapat kita lakukan dengan dua cara yaitu :
- Melakukan penilaian intrinsik terhadap sumber.
- Membandingkan kesaksian berbagai sumber.
Penilaian intrinsik terhadap sumber dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
- Menemukan sifat sumber, apakah resmi atau tidak, apakah formal atau informal. Sumber sejarah yang tidak resmi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber yang resmi dan formal, sebab sumber sejarah yang tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak sehingga dinilai memiliki objektivitas lebih tinggi dan bersifat lebih terus terang.
- Menyoroti langsung pengarang sumber itu. Tujuannya untuk mengetahui kepastian bahwa kesaksian seorang pengarang yang dituangkan dalam sumber sejarah adalah benar dan dapat di percaya. Untuk menguji itu dapat dilakukan dengan mngajukan dua pertanyaan :
a) Apakah ia mau memberi kesaksian yang benar atau justru berusaha menutup - nutupi atau berusaha melebih - lebihkan tentang kesaksian ?
b) Apakah ia mampu memberikan kesaksian yang benar ?
Misal :
- Ia hadir dalam peristiwa itu
- Ia memiliki keahlian tentang peristiwa itu.
- Ia memiliki ingatan yang kuat tentang peristiwa itu.
Setelah kritik ekstern, langkah
selanjutnya adalah melakukan kritik internal. Kritik internal dapat
dilakukan dengan membandingkan kesaksian dari berbagai sumber yang tidak
meiliki hubungan satu sama lainnya. Jika kesaksian dari berbagai sumber
yang tidak memiliki hubungan satu sama lainnya ini memberikan kesaksian
yang sama, berarti sumber - sumber itu dapat dipergunakan untuk
menyusun sejarah.
c) Interpretasi
Interpretasi artinya menafsirkan atau memberikan kesan, pendapat atau
pandangan teoritis terhadap sesuatu. Pada tahapa ini seorang sejarawan
mulai melakukan kegiatan menafsirkan keterangan - keterangan yang
diperoleh dari sumber. Atas dasar data yang sudah teruji lalub disusun
fakta - fakta sejarah yang meiliki hubungan satu sama lain sehingga
menjadi kesatuan harmonis dan masuk akal.
Dalam menafsirkan dan menyusun fakta - fakta itu, sejarawan harus
selektif sebab tidak semua fakta dapat dimasukan dalam menyusun sejarah.
Sejarawan harus memilih mana yang relevan dan mana yang tidak. Selain
itu, agar dalam menyusun kisah tidak mengalami kesulitan perlu
diperhatikan periodisasi atau pembagian berdasarkan waktu kemudian
diperinci lagi berdasarkan masalah - masalah yang khas.
d) Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah merupaka tahap terakhir dalam
metode sejarah. Setelah menentukan judul, mengumpulkan bahan - bahan
yang diperlukan serta melakukan kritik dan seleksi maka tahap
selanjutnya adalah menuliskan kisah sejarah. Menulis kisah sejarah tidak
hanya sekedar menyusun dan merangkai fakta - fakta hasil penelitian,
tetapi juga menyampaikan pendirian, pikiran, emosi, melalui interpretasi
sejarah berdasarkan fakta - fakta.
Dalam menulis sejarah harus tetap berpedoman pada fakta - fakta yang
telah dikumpulkan. Karena menulis sejarah hakikatnya adalah menuliskan
kembali dan menghidupkan kembali masa lampau. Agar penulisan kembali
pada masa lampau mudah di pahami maka perlu menggunakan bahasa yang
sistematis, baik, dan tepat. Sebagaimana diketahui sejarah adalah ilmu
dan sekaligus seni. Sebagai ilmu, bahasa sejarah harus bersifat tajam
dan sedikit banyak eksak. Sebagai seni, bahasa sejarah mengandung unsur
imajinasi seperti juga karya sastra. Kedua sifat itu diperlukan dalam
penulisan sejarah agar bisa memberikan semangat dan vitalitas dalam
kisah sejarah. Imajinasi yang ada pada diri sejarawan harus tetap
mendekatkan diri pada objeknya, mengenali objek sebaik - baiknya.
Sejarawan tidak boleh mengurangi, menambah, atau menciptakan fakta -
fakta baru. Apalagi hal - hal yang masuih merupakan tanda tanya.
Ada dau dal cara penulisan sejarah yaitu :
- Deskriptif prosedural, yaitu fakta - fakta sejarah disusun sesuai dengan proses terjadinya peristiwa.
- Analisis struktural, yaitu dalam penulisan ini yang dipentingkan adalah analisis terhadap masalah - masalah sejarah sebagian hasil dari pembaca fakta - fakta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar